Jumat, 25 Oktober 2013



"DEWASA"


Menjadi dewasa bukan tentang ukuran
bukan tentang bagaimana besarnya tubuh kita
bukan tentang bagaimana perkasanya kita
bukan itu


Menjadi dewasa hanyalah tentang pemikiran
logika
dan kekuatan.

Dewasa itu adalah saat kita mampu berdiri tegar
walaupun seribu jarum menyerang menyerbu
menusuk melukai
dan akhirnya tak ada

Dewasa itu saat kita mulai berpikir,
tentang keputusan
akibat
dan segala konsekuensinya

Dewasa itu sebenarnya tentang pemikiran
tentang apa yang akan kita langkahi
dan tentang apa yang akan kita jalani

Barangkali dewasa hanyalah tentang kematangan otak
kesiapan sistem saraf
dan kesanggupan jiwa

Barangkali dewasa merupakan sebuah proses tentang waktu
Waktu yang akan membuat kita bertambah usia
bertambah pemikiran
bertambah kekuatan
bertambah tegar dan utuh
hingga akhirnya dewasa

Dewasa bukan dongeng, melainkan kenyataan
Dewasa bukan tentang suka, melainkan tentang duka
Dewasa bukan tentang cerita, melainkan tentang makna
Dewasa bukan tentang puisi, melainkan tentang penyair

Dan menuju dewasa adalah suatu keputusan
ia sulit
ia tinggi menjulang
ia tajam
namun ia adalah tujuan hidup

Tetap kuat menahan cobaan adalah kunci menjadi dewasa.




NB: Untuk diriku sendiri yang sedang menuju kedewasaan, must be strong.

Jumat, 18 Oktober 2013

Hitamku

Oh Tuhanku
Barangkali aku memang setetes embum
tak bernyawa, kaku dan egois
Barangkali aku memang sebutir debu
hitam, kotor dan keras kepala

Oh Tuhanku
Kemarin aku berjalan seperti seorang raja
angkuh, sombong dan menegakkan kepala
Kemarin aku bertingkah seperti penyair dari timur
mahal, dan selalu memang sendiri
 
Oh Tuhanku
Maafkan aku atas tingkahku
Maafkan aku atas perilakuku
Aku bersujud padamu,
memohon, meminta dan berharap
 
Oh Tuhanku
Nobatkanlah aku sebagai laki-laki baik
ahlak mulia, sifat baik dan berada dalam pelukanMu
peluk aku, dekap aku
Oh Tuhanku
 
 
Hanya padaMu ku bersujud
berserah
memohon 
dan berpasrah diri.
 
 
by: Ary

Selasa, 15 Oktober 2013

Luntur

Ah! barangkali aku memang tak seperti dulu lagi. Dulu aku punya sayap, bisa merayap dan mampu menaiki puncak tahta paling tinggi.
 
Dulu, aku mampu menerjang langit dan membawa pelangi ke pangkuan sang empunya cahaya dan menukarnya dengan ribuan keping emas. Aku bahkan bisa membeli beberapa bidadari dan menjadikannya hiasan di dinding rumahku. Itu dulu.
 
Dulu semua mata tertuju padaku. Akulah si lelaki yang hebat, akulah si lelaki penyair, akulah si lelaki yang memiliki kemampuan dalam segala keahlian. Dan itu memang benar, dulu aku memang terlalu menyombongkan banyak hal dalam diriku yang mana saat aku pikir saat itu, itu sebenarnya bukanlah apa-apa. Itu tiada artinya.
 
Dan kini aku jatuh, terdampar bagaikan sepotong sampah busuk tak berarti.
 
Bayangkan saja, lelaki yang dulu hebat kini bahkan tak lulus dalam sebuah ujian yang mana seekor anak lebahpun bisa mengerjakannya dengan mata tertutup.
 
Namun aku harus bangkit dan memperbaiki semuanya. Dan aku harus banyak-banyak menundukkan wajah.